Saturday 10 January 2015

Pameran ini Tunjukkan Bedanya Makan Malam Orang Kaya & Miskin

Liputan6.com, Jakarta Makan adalah hal primer untuk mengukur tingkat kesejahteraan seseorang. Sejak dahulu hingga saat ini, masalah kelaparan menjadi bagian dari peradaban manusia. Bukan semata-mata bahwa seseorang yang menikmati ragam menu di meja makannya merupakan sebuah kesalahan. Yang perlu ditanya adalah apakah kekurangan makanan untuk disantap oleh banyak keluarga merupakan sebuah efek dari penindasan?
Sebuah pameran bertajuk `Power Hungry` menunjukkan bagaimana perbedaan antara meja makan malam golongan berpunya dan makan malam dari kalangan tak mampu pada masa pemerintahan otoriter di beberapa negara sepanjang sejarah, mulai dari masa Mesir kuno, hingga Suriah masa kini, dan juga Amerika. Power Hungry adalah proyek kolaborasi fotografer Henry Hargreaves dan food stylist Cailin Levin.
Di pameran ini, set makan malam orang kaya dan orang miskin ditempatkan berdampingan pada sebuah meja. Pameran ini berlangsung hingga 4 Januari 2015 di Air Circulation, New York. Berikut ini adalah foto-foto perbedaan makan malam orang kaya dan orang miskin di beberapa negara sepanjang sejarah yang ditampilkan di pameran tersebut, seperti dilansir dari Dailymail.co.uk pada Kamis (11/12/2014).

Mesir
Anggota kerajaan dan pemimpin-pemimpin di zaman Mesir kuno menikmati makan malam dengan ragam kuliner. Sementara warganya yang kurang mampu hanya makan roti dan sayur untuk makan malam.

Roma
Golongan kaya di Roma kuno menikmati makan malam yang penuh dengan ragam makan. Masyarakat biasa hanya menikmati makan malam seadanya dengan sereal.

Prancis
Sebelum revolusi Prancis tahun 1789, masyarakat miskin negara itu menghabiskan separuh dari pendapatan mereka untuk makanan guna bisa bertahan hidup. Bahkan seorang pekerja tanpa skill pada tahun itu bisa menghabiskan 97 persen pendapatannya untuk membeli roti. Di lain pihak, Ratu Marie-Antoinette menikmati makan malam mewah yang mencakup manisan buah, champagne, dan French pastries.

Suriah
Kematian akibat kelaparan adalah sebuah ancaman nyata di negara konflik seperti Suriah. Sedangkan presiden Bashar al-Assad dan istrinya dikatakan menikmati makan malam melimpah kombinasi masakan Western dan Middle Eastern. Hargreaves sang fotografer, mengatakan “Makanan digunakan sebagai senjata namun hal ini jarang mendapat perhatian. Kelaparan adalah pembunuh perlahan, tak seperti bom atau senjata api”.

Korea Utara
Diktator Korea Utara Kim Jong-Un mendapat makan malam dengan banyak menu dan Emmental cheese yang menjadi favoritnya. Namun sebanyak lebih dari seperempat anak-anak di sana mengalami malnutrisi kronis. “Mayoritas masyarakat di negara berpenduduk 24 juta jiwa itu tak tahu darimana mereka akan mendapat makanan berikutnya”.

Amerika Serikat
Kesenjangan ekonomi terkait makanan di Amerika jarang digaungkan. Namun sesungguhnya 1 dari 6 orang di negara itu hidup dibawah garis kemiskinan. Ironisnya makanan murah yang disantap warga miskin di sana membawa mereka pada masalah obesitas. Sebanyak 1 dari 5 orang Amerika meninggal karena obesitas.

Author:

0 komentar: