Saturday, 10 December 2016

GINELLA MASSA, PEMBAWA ACARA BERITA BERHIJAB PERTAMA DI KANADA

iyaa.com I Toronto: Menjadi jurnalisme yang diliputi jiwa independensi merupakan profesi yang mulia. Sependapat dengan hal itu, wartawan pun menjadi bidang pekerjaan yang dipilih oleh wanita bernama Ginella Massa. 

Massa merupakan warga negara Kanada keturunan Italia. Sejak 2015, ia telah bekerja menjadi seorang reporter di stasiun televisi CTV News di Kitchener, Ontario, kemudian hijrah ke Toronto CityNews di Kanada.

Dua tahun lebih menjadi reporter, Massa mendapatkan tugas baru yang masih dalam lingkup jurnalisme. Ia diperintahkan untuk mengisi kursi pembawa acara berita di stasiun televisi Toronto CityNews.

Alangkah senangnya Massa kala itu, ia mengaku pindah ke meja pembawa acara berita adalah langkah besar dalam kariernya. Kepindahannya ini juga menandai bergesernya predikat yang pernah diraih Massa sebelumnya, yakni reporter hijab pertama di Kanada menjadi pembawa acara berita berjilbab pertama di negara beribukota Toronto itu.



Ginella Massa berbincang dengan pembawa acara di stasiun radio berita di Kanada, John Moore. I Foto: twitter

"Ini beres! Malam ini tidak hanya penting bagi saya. Saya tidak pernah berpikir menjadi seorang wanita hijab yang pernah berlabuh di siaran berita di Kanada," kata Ginella ketika berada di penghujung acara berita Toronto CityNews, yang disiarkan perdana pada pukul 23:00 waktu setempat di pekan lalu, seperti dilansir dari laman Dailymail, Senin (28/11/2016). 

Atasannya pun mengapresiasi tugas yang baru dirampungkan Massa ketika menjadi pembawa acara berhijab untuk pertama kali. "Tidak sampai editor saya berkata, 'Hei, kerja bagus! Apakah itu yang pertama bagi Kanada? Seorang (pembawa acara berita) wanita berjilbab?' Dan saya berkata ya. Dan saya tweet tentang hal itu," terang Massa. 

Namun ternyata tanggapan atasan Massa berbeda dengan reaksi netizen. Banyak dari warga sosial media mencemooh wanita berusia 29 tahun ini karena hijab yang dikenakannya saat menjadi pembawa acara berita.

Meski begitu, Massa yang cuek hanya merasakan sedikit kekhawatiran. Pasalnya ketika menjadi reporter berhijab ia juga kerap mendapat pandangan negatif dari orang-orang yang ditemuinya ketika liputan.

"Saya sudah banyak berbincang dengan banyak wanita yang berprofesi sebagai wartawan di AS. Yang bekerja di belakang layar dan mereka telah menjadi korban saya," kata Massa.

"Mereka menjadi korban karena mengulas jilbab saya, itu tidak akan terjadi. Itu membuat saya sedih. Karena mereka ditahan oleh ide-ide orang lain dari apa yang masyarakat harusnya mengetahui atau tidak ketahui," terangnya.


Dalam sesi wawancara di awal karirnya, Massa yang beragama Islam memang menyukai profesinya sebagai wartawan stasiun televisi. Namun ia pernah merasa gundah dengan pertanyaan yang menyelimuti pikirannya perihal apakah profesinya itu akan menjauhkan dirinya dari kewajibannya memakai jilbab. 

Jalan pikirannya akhirnya terbuka ketika pertama kali berlabuh di ruang newsroom stasiun televisi berita. Ia menjadi sangat yakin terhadap pilihannya sebagai wartawan. 

"Saya selalu ingin bekerja di bidang penyiaran atau media yang memiliki kapasitas sama, dan keinginan saya yang sebenarnya adalah untuk berada di depan kamera. Tapi di belakang pikiran saya, saya khawatir apakah saya akan membuatnya menjadi sangat jauh dengan hijab," ucapnya.

"Saya berpikir, saya benar-benar yakin itu bisa menjadi karir yang layak sampai saya di Seneca, dan pertama kali magang di newsroom," lanjutnya.

Saya Tirrenus, ada sesuatu yang bisa menjadi sangat baik tentang itu, dan itulah yang mendorong saya untuk bekerja keras, dengan harapan bahwa seseorang akan melihat masa lalu saya dan memberi saya kesempatan untuk menunjukkan kemampuan saya," pungkas Ginella Massa.

Author:

0 komentar: